Rumput tetangga lebih hijau?

nak_p10203981Bertahun-tahun jalinan liana yang ditenggeri si burung tepekoh jambul (Hemiprocne comata) selalu menjadi pemandangan hari-hari di Way Canguk. Pun selama beberapa tahun ladang-ladang di desa Sumbersari, Buton, yang panas dan luas menjadi jalur utama yang harus dilalui untuk menuju camp Lasolo yang berlumpur dan licin di musim hujan.

Beberapa minggu lalu, saya mengunjungi Lao PDR. Menginjakkan kaki di hutan Lao dan bertemu dengan biologist manca Negara. Matahari serasa begitu dekat ke bumi dengan konsekuensi positif tentunya mendapatkan efek sunset dan sunrise yang bagus pada foto. Tapi banding membanding tak cuma dari apa yang nyata kita lihat. Bermain-main dengan desain sampling sudah cukup terasa berbeda antara negeri satu dengan negeri lainnya. Ya, desain sampling tak cuma sekedar menentukan berapa plot yang harus dikunjungi dan berapa kali survey yang harus dilakukan, tetapi juga menempatkan plot secara acak dengan memperhitungkan akses dan logistik. Singkat kata, carilah lokasi yang masuk akal secara logistik dan financial tanpa mengabaikan prinsip-prinsip sampling secara statistik. Suatu lokasi di Suriname misalnya tampak dengan cantik membagi areal survey menjadi 2 set dengan sungai di tengah-tengah. Kondisi Nam Kading National Park di Lao yang berbukit-bukit dengan banyak bebatuan besar mengharuskan set survey terbagi menjadi 3-4 bagian. Plot vegetasi tak boleh berada pada daerah rocky outcrops yang luas, tak boleh berada pada daerah dengan kemiringan yang tajam, dsb. Dan saya terbayang pada pendakian tajam di Nam Kading ini beberapa minggu lalu. nak_dsc03691Sementara mendesain lokasi lain di Congo harus berpikir keras untuk menghindari hamparan rawa yang luas.

Bagaimana dengan Bukit Barisan? Pada saat-saat santai di Café Canguk, berpikir untuk melakukan perjalanan ke desa enclave Way Haru selama minimal 5 jam sudah terasa lelah. Terasa tak cukup waktu pula mengunjungi setiap sudut dari areal seluas 900 ha ini. Tetapi saat desain sampling dengan luas areal yang diperlebar dan harus memikirkan di mana meletakkan 90 titik plot plus 6 plot vegetasi, Canguk dan sekitarnya terasa begitu sempit. Nun jauh ke selatan, hamparan sungai-sungai saling silang berpadu dengan awal kaki pegunungan Barisan mempersempit pula kesempatan meletakkan plot-plot ini. Sementara ke arah utara, bertemu dengan jalan raya yang membelah taman nasional di ujung pulau Sumatra ini. Akankah kenyataannya sesulit penampakan di layar komputer? Akankah kondisi di sini lebih sulit dibanding hutan-hutan negara lain? paksan_p1020347Barangkali….. Berkunjung ke stasiun riset di Nam Kading yang begitu mudahnya dicapai mobil tampaknya cukup menyenangkan karena mengurangi porsi jalan kaki. Hmmm tapi tampaknya variasi pepohonan, habitat, suara-suara siamang dan kuau raja yang ada di sepanjang jalan menuju Canguk terasa tetap lebih menyenangkan dibanding hamparan hutan dry evergreen/semi-evergreen yang nampak seragam di Nam Kading ini. Jadi, ayo semangat! Dalam kasus begini, saya tidak percaya rumput tetangga lebih hijau. Lebih kering iya… sebab Nam Kading saat ini sedang panas-panasnya 😀

6 Replies to “Rumput tetangga lebih hijau?”

  1. rumput kita memang lebih hijau, sangat bahkan, hanya saja hijaunya di kelilingi abu-abu. Good luck with your new challenging work!..:D

  2. Sama dunk di sini.
    Mencari posisi plot di lapangan tidaklah semudah meletakannya saat di peta.
    Tapi saya masih penasaran dengan landainya medan hutan di canguk. Adakah TEAM punya alasan untuk mengundang saya ke sana? hahaha…

Tinggalkan Balasan ke noonathome Batalkan balasan